Untuk Mendapatkan Harga Terbaik, Segera Hubungi Kami di (021) 2961 5678                                                                                    
THE FED MASIH AKAN AGRESIF, RUPIAH MELEMAH

18 Agustus 2022, 09.42 WIB


image

Berdasarkan rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS pagi hari ini menunjukan bahwa suku bunga The Fed masih akan terus dinaikan. Hal ini tentu membuat pergerakan nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan saat berhadapan dengan kurs dolar AS hari ini, Kamis (18/8/2022).

Mata uang Garuda dibuka langsung ambles 0,07% ke posisi Rp14.775/US$ di perdagangan pasar spot. Penurunan rupiah menjadi bertambah 0,14% ke level Rp14.785/US$ pada pukul 09.02 WIB.

Dalam rilis notula rapat kebijakan moneter di hari tadi, bank sentral AS atau The Fed menegaskan bahwa tidak akan melakukan pengurangan terhadap kenaikan suku bunganya hingga laju inflasi benar-benar melandai.

Meski demikian, The Fed tidak memberikan petunjuk berapa basis poin suku bunga yang akan dinaikan September mendatang, dan masih terlihat rilis data ekonomi sebelum mengambil keputusan.

Sebelumnya, pasar melihat jika sikap The Fed akan sedikit mengendur setelah inflasi mulai melandai. Akan tetapi, kenyataanya The Fed justru masih akan tetap agresif.

Mengutip dari consumer price index (CPI) pertumbuhan inflasi untuk bulan Juli berada di 8,5% (year-on-year/yoy), angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya di 9,1% (yoy).

Selain itu, pasar melihat bank sentral paling powerful di dunia ini yang akan menaikan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 2,75% hingga 3%. Namun ada juga yang melihat kenaikan sebesar 75 basis poin.

Suku bunga The Fed saat ini berada di sekitar 2,25% hingga 2,5% yang dinilai masih wajar. Artinya tidak memacu pada pertumbuhan ekonomi, namun tidak juga memicu kontraksi. Akan tetapi, jika lebih tinggi dari posisi tersebut, maka perekonomian AS berisiko mengalami penurunan, dan resesi juga semakin nyata.

Jika hanya membentuk pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), AS sebenarnya sudah mengalami resesi. Lantaran PDB sudah mengalami kontraksi dua kuartal berturut-turut. Dengan pasar tenaga kerja yang masih sangat kuat, banyak yang mengatakan jika AS tidak mengalami resesi.

Sementara peristiwa ini akan berbeda jika pasar tenaga kerja AS mulai mengalami pelemahan, dan itu bisa terjadi jika suku bunga di atas netral.