Untuk Mendapatkan Harga Terbaik, Segera Hubungi Kami di (021) 2961 5678                                                                                    
DOLAR AS MENGUAT DI TENGAH JATUHNYA HARGA MINYAK

18 Juni 2021, 14.26 WIB


image

Kurs dolar AS kembali bergerak menguat setelah petinggi The Fed mengumumkan kebijakan moneter AS yang lebih hawkish ke depan menyebabkan harga minyak mentah mengalami tekanan 1% hari ini, Jumat (18/6/2021). Namun untuk harga emas masih di atas US$70/barel.

Selain itu, harga kontrak Brent menurun 1,04% ke US$72,32/barel. Sedangkan untuk kontrak West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi sebesar 0,96% menjadi US$70,36/barel.

Selama perdagangan dua hari terakhir, indeks dolar bergerak naik tinggi sejak Federal Reserve AS memberikan proyeksi kemungkinan baru akan menaikan suku bunga acuannya di tahun 2023, ini lebih awal dibandingkan dengan prediksi pengamat pasar sebelumnya.

Penguatan dolar AS membuat harga minyak lebih mahal dalam mata uang lain, sehingga berdampak pada permintaan.

Sementara prospek kenaikan suku bunga juga memberikan beban terhadap prospek pertumbuhan jangka panjang, yang dapat menurunkan permintaan minyak, berbeda dengan prospek pertumbuhan permintaan jangka pendek lantaran pembatasan terkait Covid-19 pada aktivitas bisnis serta transportasi.

Penurunan harga minyak juga terjadi setelah Ingris memberikan laporan kenaikan harian terbesar dalam kasus baru Covid-19 pada Kamis kemarin, sejak 19 Februari. Ada kenaikan hingga 11.007 kasus infeksi baru dibandingkan 9.055 sehari sebelumnya.

Kepala Eksekutif Vitor Russell Hardy mengatakan, minyak kemungkinan akan diperdagangkan dalam kisaran antara US$70 dan US$80/barel untuk sisa tahun ini dengan harapan bahwa Organisasi Negara Pengekspor minyak dan sekutunya (OPEC+) akan mempertahankan pembatasan produk.

Bahkan kembalinya ekspor Iran jika AS kembali bergabung dengan perjanjian nuklir dan mencabut sanksi terhadap Teheran kemungkinan tidak akan mengubah gambaran bullish.

OPEC+ memiliki ruang untuk meningkatkan pasokan sebesar 1,4 juta barel/hari (bph) pada tahun 2022 dari target bulan Juli 2021 hingga Maret 2022.

Penahanan produksi yang dilakukan kelompok OPEC+ ini sebagai salah satu bentu untuk mendukung harga setelah pendemi menurunkan permintaan pada tahun 2020.

Goldman Sachs memprediksi Brent akan bergerak naik menjadi US$80/barel musim panas ini karena perkembangan vaksinasi yang melonjak membuat aktivitas ekonomi seluruh dunia meningkat.