Untuk Mendapatkan Harga Terbaik, Segera Hubungi Kami di (021) 2961 5678                                                                                    
MESKI EKONOMINYA BAGUS, NAMUN DOLAR AUSTRALIA MELEMAH

03 Juni 2021, 14.55 WIB


image

Laju mata uang Negeri Kanguru kembali mengalami pelemahan saat berhadapan dengan mata uang Garuda, Kamis (3/6/2021). Sedangkan data-data dari Australia yang dirilis pekan ini menunjukan hasil yang apik.

Mengutip dari data Refinitiv, dolar Australia mengalami pelemahan 0,33% terhadap rupiah ke level Rp11.068,84/AU$ di pasar spot.

Selain itu, Biro Statistik Australia pagi tadi memberikan laporan terkait penjualan ritel untuk bulan April yang naik 1,1% sama dengan kenaikan bulan sebelumnya.

Ekspor juga mencatat kenaikan di bulan April dari bulan sebelumnya, dan impor justru berbalik menurun 3%. Hal ini membuat neraca dagang mencatat adanya surplus AU$8,028 miliar, naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada di AU$5,794 miliar.

Sementara kemarin, data menunjukan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 1,1% di kuartal I-2021 dari periode yang sma tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Pertumbuhan tersebut hampir dua kali lipat lebih tinggi dibanding konsensus di Trading Economics sebesar 0,6% YoY. Pertumbuhan tersebut merupakan yang pertama setelah mengalami penurunan (tumbuh negatif) dalam 3 kuartal berturut-turut.

Secara nominal, output perekonomian di kuartal I-2021 sebesar AU$525,7 miliar, ini naik dibandingkan tahun lalu sebesar AU$468,3 miliar.

Sementara secara kuartal (quarter-to-quarter/QtQ), PDB Australia tumbuh 1,8% lebih tinggi dari konsensus di Trading Economics sebesar 1,5% QtQ.

Sedangkan nilai tukar rupiah saat ini tengah mendapat tenaga dari rilis data manufaktur dan inflasi. IHS Markit juga merilis data aktivitas sektor manufaktur bulan Mei yang dilihat dari purchasing managers’ index (PMI), menunjukan bahwa PMI manufaktur Indonesia bulan Mei sebesar 55,3, naik tinggi dibandingkan bulan sebelumnya di 54,6.

Semakin meningkatnya ekspansi sektor manufaktur tentu menjadi kabar bagus bagi Indonesia, dan memperkuat optimisme akan lepas dari resesi di kuartal II-2021. Sektor manufaktur sendiri berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.