Untuk Mendapatkan Harga Terbaik, Segera Hubungi Kami di (021) 2961 5678                                                                                    
RUPIAH MENGUAT TERHADAP TIGA DOLAR UTAMA

07 Mei 2021, 15.39 WIB


image

Dalam 2 hari terakhir, pergerakan nilai tukar rupiah terus mengalami penguatan, banyaknya aliran dana yang mulai masuk ke dalam negeri dan harapan akan kebangkitan ekonomi di kuartal II-2021 menjadi sentimen positif bagi mata uang Garuda. Dolar AS, dolar Singapura, dan dolar Australia yang paling banyak diminati, hari ini semuanya melemah.

Mengutip data Refinitiv, dolar AS bergerak menyusut 0,45% ke posisi Rp14.245/US$, atau terlemah sejak 26 Februari lalu. Kemarin, the greenback juga menurun 0,8%, sehingga memberikan peluang bagi rupiah untuk mencatat penguatan 3 hari berturut-turut, terpanjang di tahun ini.

Dolar Singapura juga anjlok 0,45% ke level Rp10.686,42/SG$, terendah sejak 9 Maret lalu. Kemarin, mata uang Merlion juga jatuh 0,64%. Sedangkan dolar Australia merosot 0,51% menjadi Rp11.079,38/AU$.

Dalam 2 hari terakhir aliran dana yang masuk ke pasar saham Indonesia kemarin investor asing melakukan aksi beli bersih atau net buy sebesar Rp321 miliar, di dua hari yang lalu juga terjadi hal yang sama senilai Rp201 miliar di pasar reguler.

Pasar obligasi Indonesia mulai menarik, di pasar sekunder, kepemilikan obligasi oleh investor asing menunjukkan kenaikan.

Berdasarkan dari data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki asing tercatat ada senilai Rp964,6 triliun di akhir April, dan terjadi capital inflow Rp13,2 triliun dibandingkan posisi akhir Maret. Sedangkan periode 1 hingga 4 Mei, capital onflow tercatat sebesar Rp1,16 triliun.

Rabu kemarin (5/5/2021), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tiga bulan pertama 2021 mengalami kontraksi -0,96% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Sedangkan di kuartal yang sama tahun lalu, (year-on-year/yoy), ekonomi Indonesia kontraksi 0,74%. Realisasi tersebut tidak jauh dari ekspektasi pasar, bahkan sedikit lebih baik.

Untuk itu, kontraksi PDB Indonesia terjadi selama empat kuartal berturut-turut. Artinyam Indonesia masih berada dalam jurang resesi ekonomi.

Sementara kontraksi yang lebih baik dari prediksi, kebangkita ekonomi di kuartal II-2021 tentun memberikan peluang lebih tinggi dari proyeksi, yang menjadi sentimen positif bagi rupiah.