Untuk Mendapatkan Harga Terbaik, Segera Hubungi Kami di (021) 2961 5678                                                                                    
PELEMAHAN RUPIAH DIIKUTI HAMPIR SELURUH MATA UANG ASIA

24 Maret 2021, 10.45 WIB


image

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperdagangkan melemah di pasar spot dan kurs tengah Bank Indonesia (BI), setelah kemarin sempat bergerak menguat 0,07%.

Hari ini, Rabu (24/3/2021). Berdasarkan kurs Jisdor BI, dolar AS berada di level Rp14.455, ini menunjukan bahwa rupiah melemah 0,23% jika dibandingkan dengan posisi perdagangan hari sebelumnya.

Selain itu, mata uang Garuda juga mencatat penurunan di pasar spot pada pukul 10.00 WIB, di mana dolar AS bergerak di posisi Rp14.430. Ini membuat rupiah melemah 0,28%.

Meski demikian, rupiah tidak melemah sendirian. Namun hampir seluruh mata uang utama Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Dan hanya yen Jepang yang mampu bergerak menguat.

Mata uang Negeri Paman Sam ini terus bergerak naik. Dolar Index yang mengukur laju greenback terhadap enam mata uang utama dunia mencatat adanya penguatan 0,02%.

Jika dilihat selama satu bulan terakhir, Dollar Index sudah menguat 2,61%. Sedangkan sejak akhir 2020 atau year-to-date, indeks naik 2,69%.

Saat ini para investor kembali berbondong-bondong memburu dolar AS sebagai aset yang aman atau mata uang safe haven, lantaran merespons pandemi virus corona (Covid-19) yang kembali mengkhawatirkan. Sedangkan di Eropa, kanaikan kasus corona membuat sejumlah negara harus menerapkan karantina wilayah atau lockdown.

Kekhawatiran ini semakin meningkat saat US National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) menyatakan keraguan akan hasil uji Klinis interim vaksin AstraZeneca-Universitas Oxford.

Dari hasil uji tersebut menunjukan bahwa vaksin AstraZeneca-Universitas Oxford memiliki tingkat kemanjuran 79% untuk membentuk antibodi melawan virus corona. Namun NIAID justru meragukan angka tersebut, lantaran khawatir AstraZeneca memasukan informasi lama yang sehingga menyebabkan hasil menjadi kurang komprehensif dalam menentukan tingkat efikasi.

Sementara vaksin AstraZeneca-Universitas Oxford ini memang tengah menghadapi tantangan. Negara Eropa kini menunda penggunaan vaksin tersebut karena khawatir adanya efek samping seperti pembekuan darah atau blood clotting.